Cerpen Kenakalan Remaja
Kasihmu Ubahkan
Hidupku
Pagi itu Michelle bergegas untuk berangkat ke sekolah, karena waktu sudah
menunjukkan pukul 06.30 WIB. Saat tiba di sekolah, bel tanda masuk telah
berbunyi dan gadis keturunan Amerika tersebut langsung lari menuju ke ruang
kelasnya. Beberapa saat kemudian, seorang guru masuk ke ruang kelas dan mulai
mengajar. hari itu, pelajaran berlangsung seperti biasa, dan Michelle begitu bersemangat
mengikuti setiap mata pelajaran yang ada.
Ia memang termasuk siswa yang pandai dikelasnya. Ibunya berdarah Indonesia,
sedangkan ayahnya warga negara Amerika, oleh karena itu Michelle memiliki wajah
Indo yang begitu menarik, perpaduan antara Indonesia dan Amerika. Hal ini tentu
menjadi nilai lebih baginya. Apalagi, ia dikenal sebagai anak yang supel dan
mudah bergaul dikalangan teman-temannya.
Ayahnya bekerja dinegara asalnya, Amerika. Ia hanya pulang ke Indonesia
seminggu sekali pada akhir pekan untuk bertemu dengan istri dan anaknya.
Ayahnya juga selalu membawakan makanan-makanan kesukaannya saat pulang. Minggu
ini ayahnya pulang dengan membawakannya sekotak cokelat Swiss yang besar. Ia
berniat membagikannya pada teman-teman di kelasnya.
Michelle sekolah di salah satu sekolah internasional di Jakarta, dan setiap
hari Sabtu, dikhususkan untuk kegiatan character building, dimana karakter
setiap siswa dibentuk, menggali potensi siswa dan mempererat kebersamaan
diantara mereka. Hari itu Michelle membagikan cokelat dari ayahnya kepada
teman-temannya dengan bahagia. Salah seorang temannya yang bernama Catherine
bergumam 'betapa sempurnanya kehidupan Michelle'. Catherine memang dikenal
sebagai satu-satunya anak dari keluarga kurang mampu yang sekolah disekolah
ternama itu. Catherine dapat sekolah disitu karena ia mendapat beasiswa atas
prestasi belajar yang ia miliki.
Teman-teman Michelle dikelas , rata-rata adalah anak orang kaya. Mereka juga
cukup angkuh dan memandang rendah Catherine. Mereka selalu memanfaatkan
Catherine. Hanya Michelle yang baik dan mau berteman dengannya. Setiap mendapat
tugas dari guru, maka teman-teman sekelasnya itu selalu menyuruh Catherine
mengerjakan tugas itu bagi mereka. 'Hei, kamu harus mengerjakan tugas kami
semua' kata Nindya, teman sekelasnya. Catherine menjawab dengan suara bergetar
'ta..Tapi..'. 'Ah.. Tidak ada tapi-tapi. Kalau kau tidak mengerjakan, kau akan
tahu akibatnya' gertak Nindya. AKhirnya Catherine hanya bisa tertunduk dan berkata
'baiklah'. Dalam situasi seperti itu, biasanya Michelle yang selalu membantu
Catherine. Namun kali ini Michelle tidak muncul. Akhir-akhir ini Michelle
jarang masuk sekolah. Saat Michelle masuk sekolah, ia menjadi anak yang aneh.
Ia tidak lagi ceria dan supel lagi. Ia menjadi sangat berubah dan berbeda dari
sebelumnya. Michelle yang dulu adalah anak yang pandai, ceria, ramah, dan baik
sudah berubah. Berganti menjadi Michelle yang cuek, semena-mena, sombong, dan
prestasinya menurun drastis.
Ternyata semua perubahan yang terjadi pada diri Michelle berawal dari
keluarganya. Dirumah, ayah dan ibunya sering bertengkar. Mulanya itu hanyalah
konflik sederhana yang biasa ada didalam keluarga. Namun lama-kelamaan, ayahnya
sudah tidak pernah pulang ke rumah dan ibunya juga tidak memperhatikannya lagi.
Michelle merasa sangat tertekan menghadapi situasi ini. Apalagi ia adalah
remaja SMA yang sangat memerlukan perhatian dan kasih sayang dari
keluarganya.
Namun, karena ia tidak mendapatkan perhatian itu dari orang tuanya, maka ia
melampiaskan kekecewaannya terhadap hal-hal lain yang bisa membuatnya senang.
Suatu waktu, teman sekolahnya meiliaht ia sedang muruh. Kemudian, menghampiri
Michelle dan bertanya 'hai, kenapa kau terlihat sedih?' Tanpa sadar, Michelle
mulai menceritakan masalahnya. 'Aku membutuhkan sesuatu yang bisa membuatku
bahagia' imbuhnya. 'Sudahlah, lupakan saja masalahmu. Ayo ikut aku, aku akan
memberimu sesuatu yang bisa membuatmu gembira dan melupakan masalahmu' bujuk
Ria, temannya itu.
Awalnya Michelle menolah, namun Ria terus memaksa dan membujuknya. Sampai
akhirnya, dengan hati-hati Michelle mengambil serbuk itu. 'Apakah akan
baik-baik saja?' tanya Michelle. Ria dengan cepat dan tanggap berkata 'tentu
saja, hidupmu akan menjadi lebih indah'. Perlahan namun pasti, Michelle
menghirup serbuk itu. Awalnya ia merasa aneh, namun untuk yang kedua dan ketiga
kalinya, ia mulai terbiasa.
Hal ini menjadi titik awal dari keterpurukan dalam hidupnya. Ia mulai
terjerumus dalam kehidupan teman-teman sekelasnya yang memiliki pergaulan
kurang baik. Setiap hari ia pergi kediskotik bersama teman-temannya. Setiap
kali ia mengingat masalahnya dan mengalami stress, maka ia lari pada narkoba.
Begitulah kehidupannya saat ini. Sangat menyedihkan, karena ia merusak dirinya
sendiri tanpa sadar. Pernah sesekali Catherine menegurnya 'Michelle, kenapa
kamu sekarang berubah?' Namun Michelle malah membentaknya 'Diam kau! Kamu itu
tidak tahu apa-apa!' Catherine tersentak dan hanya dapat berkata 'Maafkan aku,
aku hanya berharap kamu bisa jadi lebih baik' lalu ia pergi meninggalkan
Michelle. Michelle sama sekali sudah menutup pintu hatinya dan terus
terjerembab dalam dunianya.
Suatu kali, saat ia sedang berada di diskotik sampai tidak sadarkan diri karena
terlalu banyak minum alkhohol, tiba-tiba ada razia. Michelle yang tergeletak
dibar ditinggalkan begitu saja oleh teman-temannya. Celakanya disaku bajunya,
ia juga membawa narkoba. Sehingga pada saat polisi masuk, polisi tersebut
mendapati Michelle yang tergeletak dibar dan langsung menggeledah
barang-barangnya. Polisi menemukan narkoba, dan membawanya ke kantor polisi.
Michelle baru sadarkan diri saat ia berada dikantor polisi. Polisi langsung
memberi beberapa pertanyaan kepada Michelle dan mengintrogasinya. Singkatnya,
Michelle ditahan di penjara dan teman-temannya sudah tidak lagi peduli
kepadanya. Teman-temannya tidak mau terlibat jika Michelle ada dalam masalah
seperti ini. Hanya Catherine, satu-satunya teman yang mau mengunjunginya
dikantor polisi dan menghiburnya. 'Kenapa kau masih mau berteman dengan seorang
tahanan sepertiku?' tanya Michelle. 'Kau adalah temanku, dan selamanya adalah
temanku Michelle. Aku mengasihimu' jawab Catherine. Dengan berlinang air mata
Michelle berkata 'Maafkan aku, aku terlalu jahat kepadamu, tapi kau sangat baik
padaku. Aku berjanji, aku akan berubah menjadi lebih baik'. Kemudian Catherine
memeluk Michelle seraya berkata 'Aku telah memafkanmu'.
Sejak saat itu Michelle menjalani hari-harinya dipenjara selama dua tahun.
Akhirnya saat ia bebas, ia benar-benar berubah dan menjadi lebih baik. Ternyata
pengalamannya dipenjara memberi dia banyak pelajaran dan membuat dia lebih
dekat kepada Tuhan, sehingga ia merasakan kasih dan kedamaian yang sejati.
Bahkan saat ini dia dan sahabatnya Catherine bersama-sama melayani disebuah
panti rehabilitasi bagi pecandu narkoba.